Minggu, 11 September 2011

PRINSIP PENANGANAN INFEKSI ODONTOGENIK

Langkah pengelolaan infeksi odontogenik, yaitu:
1.      Menentukan Beratnya Tingkat Infeksi
        Tiga faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan tingkat keparahan infeksi kepala dan leher adalah lokasi  anatominya, tingkat progesifitas penyakit, dan gangguan saluran napas. Dalam lima menit pertama saat dokter berinteraksi dengan pasien infeksi baik melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik, dokter harus dapat menentukan ketiganya.
             Spasium anatomi pada kepala dan leher dapat menentukan tingkat berat ringannya suatu infeksi. Suatu infeksi dinilai berat jika mengancam saluran udara atau stuktur vital seperti jantung dan mediastinum. Biasanya pembengkakan berada di lokasi yang secara langsung menyumbat atau menyimpangkan jalan nafas dan struktur vital.
Infeksi  pada lokasi anatomi yang dapat menghambat akses ke saluran napas karena bengkak atau trismus dapat diklasifikasikan memiliki tingkat keparahan moderat. Sedangkan infeksi yang mengenai spasia bukal, infra orbital vestibular dan subperiosteal memiliki tingkatan keparahan ringan.
Dalam wawancara dengan pasien infeksi, ahli bedah dapat menilai tingkat progresifitas penyakit dengan bertanya tentang onset pembengkakan, rasa sakit dan membandingkannya berulang kali dengan tanda dan gejala yang ada saat ini pada pasien.  
Penyebab kematian paling sering pada infeksi odontogenik adalah obstruksi jalan nafas. Oleh karena itu, dokter bedah harus menilai saluran udara saat ini atau yang akan datang. Obstruksi jalan napas lengkap adalah suatu keadaan darurat bedah.
Kemudian dalam menghadapi pasien infeksi kita perlu memperhatikan tanda-tanda vitalnya yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi. Temperatur pada penderita infeksi sistemik biasanya meningkat, nadi dapat bertambah sesuai dengan peningkatan suhu. Kecepatan nadi yang meningkat lebih dari 100 kali permenit merupakan hal yang tidak biasa pada penderita infeksi dan perlu untuk segera ditangani lebih agresif.
Peningkatan tekanan darah sistol dapat terjadi jika ada sakit yang hebat dan kecemasan. Sedangkan, dalam keadaan syok sepsis tekanan darah dapat turun baik sistol maupun diastolnya.
Kecepatan respirasi pada penderita harus diobservasi. Salah satu hal yang dapat terjadi pada penderita infeksi odontogenik yang telah meluas ke daerah leher adalah obstruksi saluran nafas. Pada saat memonitor pernfasan juga harus dipastikan apakah saluran nafas atas bersih dan penderita dapat bernafas tanpa kesulitan.
Pasien dengan nilai abnormal pada lebih dari satu tanda vital perlu diberikan perhatian lebih dan ditangani dengan agresif.

Simak
Baca secara fonetik
2.      Evaluasi pertahanan tubuh hospes
Evaluasi dari riwayat medis pasien perlu diperhatikan untuk menentukan kemampuan pasien dalam melawan infeksi. Kondisi medis dan beberapa terapi obat tertentu dapat mempengaruhi fungsi sistem imun. Oleh karena itu untuk mengatasi infeksi dengan efektif diperlukan pengamatan yang khusus terhadap pasien yang lemah (Compromised patient).
Berikut adalah faktor yang mempengaruhi sistem imun:
-                  Diabetes
-                  Terapi steroid
-                  Transplantasi organ
-                  Keganasan
-                  Kemoterapi
-                  Gagal ginjal kronik
-                  Malnutrisi
-                  Alkoholisme
-                  Tahap terakhir dari AIDS
3. Menentukan Rencana Perawatan
Pada beberapa pasien, infeksi odontogenik yang dialaminya dapat mengancam jiwa dan harus ditangani dengan pengobatan dan pembedahan yang lebih cepat. Jika tidak dilakukan dengan cepat dan adekuat dikhawatirkan akan berujung kematian dan memperberat kondisi infeksi.
Indikasi untuk perawatan khusus di rumah sakit adalah untuk pasien dengan infeksi odontogenik yang berat. Demam yang terus meningkat akan meningkatkan kebutuhan metabolisme dan kehilangan cairan, yang berujung pada dehidrasi. Dehidrasi secara klinis terlihat melalui kulit yang kering, bibir pecah-pecah, kehilangan turgor kulit,dan  membran mukosa yang kering.
Infeksi pada spasia yang dalam dengan derajat keparahan yang sedang atau berat dapat menghambat akses terhadap jalan nafas. Oleh karena itu, maka infeksi odontogenik yang melibatkan spasia mastikator, spasia perimandibular atau spasia yang dalam adalah indikasi untuk rawat inap.
Berikut adalah kondisi-kondisi yang merupakan indikasi untuk rawat inap:
-          Infeksi yang sangat progresif
-          Adanya kesulitan bernafas
-          Adanya kesulitan menelan
-          Infeksi melibatkan fascia orofasial
-          Peningkatan suhu lebih dari 38 derajat celcius
-          Trismus yang berat (kurang dari 10 mm)
-          Kondisi toksisitas
-          Kondisi pasien yang lemah (Compromised patient)

4.  Melakukan Intervensi Bedah
                        Laporan kasus oleh Williams dan Guralnick, menjelaskan bahwa terdapat pengurangan kasus kematian akibat angina ludwig`s dari 54% menjadi 10 %. Hal ini disebabkan karena mereka mengubah prinsip bedah dengan mengutamakan keamanan jalan nafas terlebih dahulu melalui prosedur intubasi atau trakeostomi, baru diikuti oleh intervensi bedah sedini dan seagresif mungkin.

Tujuan utama intervensi bedah dalam infeksi odontogenik adalah untuk menghilangkan etiologi infeksi, melakukan drainase pus dan debris nekrotik. Hal ini dapat dilakukan melalui tindakan sederhana mulai dari pembukaan atap pulpa, ekstraksi gigi penyebab sampai pembukaan akses di daerah intra oral dan ekstra oral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar